Jumat, 16 Oktober 2015

Candi Tikus & Candi Brahu - Trowulan

Candi Tikus

 adalah sebuah peninggalan purbakala yang terletak di dukuh Dinuk, Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten MojokertoJawa Timur.
Candi Tikus yang semula telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun 1914. Penggalian situs dilakukan berdasarkan laporan bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo Adinegoro, tentang ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Pemugaran secara menyeluruh dilakukan pada tahun 1984 sampai dengan 1985. Nama ‘Tikus’ hanya merupakan sebutan yang digunakan masyarakat setempat. Konon, pada saat ditemukan, tempat candi tersebut berada merupakan sarang tikus.







“Profesi suami yang paling baik bagi wanita adalah arkeolog. Karena semakin tua si wanita, suami akan semakin tertarik kepadanya.”  - Agatha Christie -














Candi Brahu



Candi Brahu merupakan salah satu candi yang terletak di dalam kawasan situs arkeologi Trowulan, bekas ibu kota Majapahit. Tepatnya, candi ini berada di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten MojokertoJawa Timur, atau sekitar dua kilometer ke arah utara dari jalan raya MojokertoJombang.

Nama candi ini, yaitu 'brahu', diduga berasal dari kata wanaru atau warahu. Nama ini didapat dari sebutan sebuah bangunan suci yang disebut dalam Prasasti Alasantan. Prasasti tersebut ditemukan tak jauh dari Candi Brahu
Candi Brahu dibangun dengan batu bata merah, menghadap ke arah barat dan berukuran panjang sekitar 22,5 m, dengan lebar 18 m, dan berketinggian 20 meter.
Candi Brahu dibangun dengan gaya dan kultur Budha. Diperkirakan, candi ini didirikan pada abad ke-15 Masehi meskipun masih terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini. Ada yang mengatakan bahwa candi ini berusia jauh lebih tua daripada candi-candi lain di sekitar Trowulan.











8 komentar:

  1. memang sesungguhnya pribadi setiap orang baik pria maupun wanita semakin matang semakin menarik. kalau masih muda itu bagai buah yang belum matang alias mentah.../ hijau jadi belum kelihatan dimana menariknya.....ha...ha...ha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akan tetapi kenapa Daun daun muda kadang suka menarik ya ? hehehe.....

      dan rumput2 tetangga sering kelihatan lebih hijau ya ......halusinasi aja kali ya ?

      Hapus
  2. itu sifat manusia.............selalu merasa milik orang lain lebih segala-galanya dari miliknya sendiri, daun yang masih hijau memang enak dimakan,di lumat-lumat, di pites-pites, di remas-remas karena masih mentah belum berisi dan berkarakter, namun dalam kehidupan yang hakiki isi lebih penting .... makin matang makin menarik dan enak utk dinikmati.............coba masakan yg masih mentah atau belum tanek masaknya alias bantat maka akan tidak enak dimakan karena hanya akan membuat sakit perut, tapi kalo masaknya tanek makan akan enak sekali disantap.......joosss

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu kan hanya perasaan bro alien aja , lah orang makan rujak buahnya belum matang , kok ueenak , Daun Teh yg di petik daun-daun mudanya , uenak ..tulang muda nya ayam di makan uenak .

      Hapus
  3. rujak itu yang enak sambalnya.....coba kalo sambalnya gak enak pasti rujaknya dibilang gak enaak... asin atau hambar gitu hehe. daun muda teh kalo mau disantap juga diolah dulu secara sempurna baru di konsumsi.........kan gak ada daun teh muda dimakan mentah. tulang ayam muda kalo dimasak kaldunya tidak seenak ayam yang tua (ibu2 yg pintar masak pasti tahu itu) .....jadi tulang ayam muda cuma enak di brakoti.........

    BalasHapus
  4. sambalnya tidak harus pakai trasi ..................

    BalasHapus
    Balasan
    1. cabai muda di makan langsung sama combro , tahu enak pedas ga perlu di olah. hayo...

      Hapus