Menjadi kaya, itulah mimpi dan cita-cita banyak sekali orang. Jangankan anak-anak muda, bahkan sebagian orang tua pun masih ditarik kuat oleh energi untuk menjadi kaya. Di satu sisi energi menjadi kaya ini menjadi energi hidup banyak manusia. Ia membuat bangun pagi jadi lebih bersemangat. Di lain sisi, ia juga yang membuat banyak manusia mengalami kelelahan jiwa.
Sesungguhnya tidak ada yang salah dengan keinginan menjadi kaya. Sejauh ia dilakukan dengan cara yang benar, sejauh awas sejak awal kalau kekayaan materi yang berlebihan akan menarik perjalanan jiwa menuju lorong-lorong gelap yang sulit diterangi.
Belajar dari banyak sekali sahabat yang datang ke kelas-kelas meditasi, energi besar yang berada di balik keinginan sangat kuat untuk menjadi kaya adalah hausnya seseorang akan pengakuan. Ingin diakui oleh orang lain kalau yang bersangkutan punya kelebihan ini dan kelebihan itu.
Karena pengakuan orang adalah acuannya, maka pencari-pencari kekayaan menggunakan ukuran-ukuran orang sebagai pedoman bertindak dalam keseharian. Akibatnya mudah ditebak, orang-orang jenis ini menjadi orang lain dalam tubuhnya sendiri.
Karena pengakuan orang adalah acuannya, maka pencari-pencari kekayaan menggunakan ukuran-ukuran orang sebagai pedoman bertindak dalam keseharian. Akibatnya mudah ditebak, orang-orang jenis ini menjadi orang lain dalam tubuhnya sendiri.
Keadaannya mirip dengan seseorang yang tinggal di rumah yang asing dan aneh. Lama-lama menimbulkan perasaan keterasingan yang bisa menjadi awal bagi banyak kejatuhan spiritual seperti bunuh diri, depresi, perceraian dan kriminalitas.
Ini yang menjelaskan kenapa rumah sakit jiwa penuh di mana-mana, angka perceraian meningkat tajam di mana-mana. Badan kesehatan dunia WHO meramalkan, penyakit mental di masyarakat akan sangat mengkhawatirkan di tahun 2020.
Berkontemplasi di atas tumpukan bahan-bahan renungan seperti ini, layak direnungkan untuk mengimbangi energi untuk menjadi kaya secara berlebihan dengan energi di dalam yang bernama rasa berkecukupan.
Berbeda dengan kekayaan materi, di mana kekayaan yang dicari ada di luar serta semakin hari cenderung semakin jauh, rasa berkecukupan sebaliknya. Rasa berkecukupan mirip dengan sumber air yang berkelimpahan di dalam. Sekali ia didapatkan, ia membuat seseorang merasa kaya tanpa perlu mencari lagi.
Di Barat dikenal ungkapan tua seperti ini: “jika Anda punya perpustakaan dan taman di usia tua, maka Anda sudah menjadi orang tua yang kaya”. Perpustakaan adalah makanannya kepala, taman adalah nutrinya hati.
Sekaligus inilah bentuk kekayaan yang sesungguhnya. Kepala merasa cukup dengan semua pengetahuan yang ada. Hati merasa indah karena sudah terhubung dengan keberadaan. Saat kepala dan hati dalam posisi harmoni, itulah sumur di dalam yang tidak pernah mengenal istilah kering.
- Gede Prana-
pemenuhan suara hati dalam posisi yang harmoni dengan isi kepala merupakan kekayaan yang sesungguhnya.......ketika seseorang mmenjadi bijaksana setelah terpenuhinya suara hati dan isi kepala kemudian berserah diri atas kehendak yang illahi dan percaya bahwa semua harus digenapi
BalasHapus