Senin, 26 September 2016

Pertanian RI Tertinggal dari Thailand dan Vietnam

Tanya kenapa mbah Putri ?


Harga bahan pangan dari hasil pertanian di Indonesia terbilang mahal di tingkat konsumen. Penyebabnya adalah kesemrawutan pengelolaan lahanpertanian, pola pasokan dan distribusi sampai kepada keuntungan, atau marjin perdagangan dan pengangkutan (MPP) yang tinggi. Kondisi tersebut sangat jauh berbeda dengan di luar negeri, terutama Thailand dan Vietnam.

Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Adi Lumaksono mengungkapkan ‎pola distribusi perdagangan komoditi strategis per provinsi di Indonesia sangat bervariasi.
Contohnya pola terpanjang terjadi pada distribusi cabai merah di Propinsi Jawaa Tengah dan terpendek di jalur distribusi perdagangan bawang merah di Maluku Utara.
"Distribusi perdagangan beras, cabai merah, bawang merah, jagung pipilan, dan daging ayam ras dari produsen sampai konsumen akhir melibatkan dua hingga sembilan fungsi kelembagaan usaha perdagangan," ujar Adi di Jakarta, seperti ditulis Senin (8/2/2016).

"Thailand dan Vietnam, antara produksi, distribusi, dan pasokan bahan pangan lebih baik, lancar. Vietnam, misalnya, punya masterplan sektor pertanian yang bagus. Contohnya rasio antara lahan pertanian dan rumah penduduk sudah diatur. Memang di Indonesia pengelolaan ‎lahan pertanian masih lemah. Konversi lahan masif terjadi di mana-mana, kalau untung besar dijual saja," ujar Adi.

Sementara itu, katanya, pola distribusi dan jalur perdagangan di negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand lebih baik. Arus perdagangan dari produsen ke konsumen lancar dengan dukungan transportasi dan infrastruktur memadai serta kesejahteraan atau daya beli masyarakatnya.

Vietnam, ia menuturkan, merupakan salah satu negara yang tertinggal dari Indonesia. Namun kini Indonesia bergantung pada impor beras dari negeri tersebut. Peta jalan sektor pertanian di Thailand pun bernasib sama dengan Vietnam, sehingga memiliki masa depan cerah.
"Pertanian yang maju dan kita kalah adalah dengan Thailand, seperti beras, sayur mayur, buah-buahan. Paling penting agen maupun pengecer bahan pangan tidak mematok marjin selangit, seperti di Indonesia," ucap Adi.
Hanya saja, Adi menepis anggapan harga beras Indonesia yang termahal dibanding negara lain se-ASEAN. Namun katanya, Menteri Pertanian pernah membeberkan harga beras di Indonesia jauh lebih murah dibanding negara di kawasan Asia Tenggara.
"Tapi kenapa harga beras impor Thailand sangat murah, saya duga ada dumping. Tapi saya tidak tahu persisnya," tutur Adi.‎ (Fik/Ahm)

13 komentar:

  1. kalo membandingkan harus aple to aple...........luas wilayah, jumlah penduduk, faktor geografis, heterognitas faktor sosial............harus objektif .........ada sebuah analisa terhadap kondisi kependudukan antara jepang dan indonesia (dianggap negara kepulauan) hasilnya bahwa jepang termasuk negara homogen (dari sudut suku, agama, budaya, bahasa, SDM ) dibanding indonesia yang sangat heterogen............sehingga tidak bisa diharapkan hasil yang sama..........Apa lagi dibanding negara "kecil" seperti Vietnam dan Thailand yang sangat berbeda unsur2 pendukungnya..............

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini bukan soal membandingkan apel to apel jeruk to jeruk timun to timun , bukan soal heterogen homogen karsinogen nitrogen.....ini soal Indonesia yg negara pertanian , byk tubuhan bisa tumbuh di negara kita kalo sejak dulu pertanian secara teratur di budidayakan secara menyeluruh, profesional di pelajari tanah mana yg cocok utk daerah mana pertanian apa yang cocok di tanam di seluruh pulau Indonesia yg sbg besar subur pasti sekarang sdh jadi peng ekspore penghasil dr pertanian no satu, skrg br sbg kecil yg di kelola secara profesional , itu mungkin byk dr swasta , ada pisang , klengkeng dll..... vietnam yg belum lama selesai perang bisa export byk buah2 an tuh... si mbah kie piye .... sak karepmulah mbah..mbahhhh...wis sepoh po?? urong toh ???

      Hapus
  2. Idealnya demikian.........saya hanya berandai-andai apabila saya duduk sebagai pemangku kebijakan mungkin juga akan berbuat hal yang sama.......karena kondisi dan situasi kita menuntut untuk melakukan kebijakan berdasarkan skala prioritas :
    1. Ingat bangsa kita terdiri dari berbagai-bagai suku,budaya, bahasa, folosophy kehidupan, pulau2, warna kulit, agama bahkan masih ada yang animisme........yang amat sangat rentan terhadap perbedaan pendapat, perselisihan, perpecahan dan banyak lagi............

    Sehingga para faunding father kita dahulu kala menjadikan hal ini sebagai skala prioritas yang utama (bahkan sampai sekarang belum tuntas) adalah mempersatukan bangsa yang sangat heterogen ini.........yang bila masuk ke ranah politik selalu dibayang-bayangi perpecahan.....

    Setelah itu baru masuk kepada peningkatan ekonomi......memang negara kita adalah negara agraris........namun kembali kepada heterogenitas penduduk kita (tingkat kecerdasannya masih dalam ratio yang njomplang) .........(dalam penduduk yang homogen semuanya dapat "segera" diatur)......mencerdaskan bangsa menjadi prioritas......

    Dalam sebuah penelitian sosiologi.......wilayah jajahan Inggris (yang dikenal sebagai persemakmuran) berbeda kehidupannya dengan jajahan negara2 Eropah lainnya........warisannya a.l menguasai bahasa I's, kemakmurannya lebih merata, kurang menerapkan perbudakan.......

    Semua ini disampaikan karena ada kalimat "coba sejak dulu"........ sehingga mengkaitkan dengan jaman penjajahan karena semua adalah warisan jaman dahulu.......yang tidak dengan mudah berubah seperti membalikkan telapak tangan.............





    BalasHapus
  3. Yang di maksud 'sejak dulu' waktu jaman orde baru bro ,kan dipimpin oleh orang kuat 30 thn lebih, bkn jaman penjajahan , 30 thn lumayan lama to ?? utk mengembangkan pertanian , malah di investasikan ke industri pesawat terbang , skrg mana hasil utk negara dari hsl pesawat ,kalo investasinya dibuat waduk2 utk pengairan dan dirawat petaninya di bimbing secara merata pertanian di seluruh
    indonesia wah sekarang sdh makmur dr hasil pertanian , kalao makmur, gesekan antar suku akan sedikit sekali, utk industri menyusul kemudian ikutin cara2 jepang dan cina , mereka dulu niru produk barat sbab kalau pake riset biaya tinggi. skrg cina unggul malah devisanya berlimpah , uangnya dipinjam kemana mana.dulu cina juga dipimpin org kuat. org cina taiwan jepang korea juga dulu ga menguasai bhs ingris bs maju , itu penelitian sosiologi yg sdh ga di pake lagi klo alasan krn jajahan ingris, mungkin alasan spy bs menjawab krn ga ada jawaban lain saja . si mbah kie nek ngeleh dahar disek , ben fres otake, yo ra?

    BalasHapus
  4. kalo sudah pernah gagal masih diulang itulah kesalahan.......coba berhasil pasti puji.............nggak usah mimpi terlalu tinggi....ada goodwill aja sudah bagus biarlah mengikuti iramanya.......utk dukung Ahok aja susah ........ banyak yang menentang banyak yg fitnah, mencaci maki, menghina..........kalo Ahok bisa bertahan itu sudah di syukuri........ingat pemimpi itu dilahirkan bukan dijadikan.......

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau saya mau ikutin irama slowrocknya scorpions: always somewhere..... enak didengan , dari pada irama politik iramanya yg always possible ..dinamika politik....kemarin lawan sekaran teman mbelgedes lah klo filosofi mengalir yg dipake jadi begitu mengalir sana mengalir sini msk got hitam warnanya oke , cucian deh loe

      Hapus
  5. filosofi hidup bangsa indonesia yang asli sebelum diserbu segala macam filosofi bangsa2 pendatang sesungguhnya sudah adi luhung tidak mengalir sana mengalir sini...........karena segala macam filosofi itu sudah menginterfensi makanya menjadi gagap dan disorientasi.........makanya biarlah mengalir mengikuti nurani yang ada.....karena kalo tidak cocok dia akan mati sendiri dan digantikan dengan yang selaras dengan filosofi masyarakat indonesia........

    BalasHapus
    Balasan
    1. emang sdh dilakukan penelitian ya bro ?.... jadi termaksud filosofi dan agama-agama dari timur ,barat yg sdh mengintervensi ,akibatnya jadi gagap dan disorientasi ya??,kasiman deh loe , keyakinan nurani masyarakat indonesia yg asli itu kepercayaan kepada Tuhan YME sdh cukup . tidak kebanyakan ritual2 yg ber jam2 akibatnya jd disorientasi. bukan begitu bro coba aja tanyakan pada hatimu yg terdalam dia tau jawabannya yg sebenarnya.

      Hapus
  6. Kembali ke laptop........jadilah diri sendiri yang sesuai dengan karakter asli bangsa indonesia gak usah tiru2 bangsa lain ......karena perkembangan suatu bangsa hendaknya selaras dengan karakter bangsa ybs (memperhitungkan kondisi degrafi.................dll)

    Intinya orang-orang indonesia itu kalo diajak lari jadi gagap........gitu lhooooo memang karakter manusianya.......

    BalasHapus
  7. emang siapa yg nyuruh jadi orang lain ?? siapa yang niru2 karakter org lain suka selfi selfian , org papua sering lari lari di gunung ga gagap , ngarang2 aja ente.

    BalasHapus
  8. intinya bro kalau mau kompare2 begitu nggak bisa dilihat hanya dari satu dimensi..........itu yang namanya lugu.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. itukan baru 1 dimensi yg saya tulis, kalau ditulis semua bisa beberapa lembar ga cukup 1 hari braiiii ...utk meneliti memang hrs sprti org lugu , ga boleh sombong spy fokus.

      Hapus
  9. langsung menjudge bahwa Indonesia tertinggal di bidang pertanian (hanya ditinjau dari dimensi harga tanpa uraian mengapa ini terjadi) .......luasnya wilayah.....penyebrangan antar pulau dan kondisi lahan di daerah2 tertentu yang berbeda-beda, belum cuaca.... yang pada gilirannya menjadi faktor tingginya harga komoditi.........(sekedar contoh........masih banyak lagi faktor2 lainnya)

    Bandingkan dengan wilayah Vietnam dan Thailand.......tidak perlu transportasi antar pulau, kondisi tanah terbatas dan homogen (ratio penduduk yang mampu mengelola dan luas tanah)dengan luas seper.......wilayah indonesia (pada saatnya indonesia akan mampu melampaui itu)

    Jadi tulisan sampaian hanya dari dimensi harga tanpa memperhitungkan faktor2 yang mempengaruhi

    BalasHapus