Selasa, 09 Februari 2016

NYANYIAN KEPEKAAN

NYANYIAN KEPEKAAN

17 Apr 2015

Jika keterhubungan spiritual adalah akar kesembuhan mendalam, lantas bagaimana caranya agar segera terhubung? Ini pertanyaan banyak sekali pencari. Ini juga yang membuat banyak sahabat tekun melaksanakan yoga, doa, meditasi dan praktik spiritual lainnya.
Bagi setiap sahabat yang masa mudanya tumbuh di tengah keramaian, kemudian merasakan kejenuhan di tengah keramaian mengerti, ada saatnya dalam kehidupan seseorang mesti belajar tumbuh dalam kesendirian. Kemudian belajar membaca buku suci yang ada di dalam.
Sedihnya, banyak manusia menakuti kesendirian. Sebagian bahkan sangat takut dengan kesendirian karena mengira akan digoda setan. Jiwa-jiwa indah yang sudah bertumbuh jauh lain lagi. Bila orang biasa menakuti kesendirian, jiwa-jiwa indah menemukan keutuhan (wholeness) dalam kesendirian.

Tapi perjalanan menjumpai keutuhan itu jauh dari mudah. Segelintir sahabat yang lapar dengan keutuhan kemudian tinggal di hutan. Tapi tanpa persiapan yang memadai, kehidupan di hutan bisa menjadi awal dari banyak kegelapan.
Di jalan meditasi khususnya, para sahabat diajak untuk memandang secara mendalam (baca: pandangan terang). Perhatikan daun sebagai contoh. Di permukaan ia terlihat muncul sebagai daun kecil, menghijau, layu, kemudian jatuh.
Tapi di kedalaman yang dalam, saat daun layu dan jatuh, ia tidak berhenti bertumbuh. Ia berevolusi menjadi kompos, untuk kemudian muncul sebagai daun kembali di waktu yang lain. Dengan cara pandang seperti ini, kematian yang paling ditakuti banyak manusia, tidak lagi menakutkan. Ia sesederhana daun kering yang jatuh.
Bila kematian tidak lagi menakutkan, maka ketakutan-ketakutan lain akan mengecil dan semakin kecil. Sampai suatu hari pandangan terang membawa hadiah spiritual yang indah berupa mekarnya bunga keterhubungan. Tandanya sederhana, seseorang mulai melihat diri yang lebih besar dan agung.
Jangankan manusia, bahkan binatang, pepohonan, bebatuan pun terlihat sebagai bagian dari diri yang sama. Akibatnya, seseorang jadi rindu menyayangi, sekaligus hati-hati sekali agar tidak menyakiti mahluk lain.
Penulis besar abad ini Paolo Coelho yang menulis banyak sekali buku best-seller tingkat dunia pernah bercerita: “saya orangnya mudah meneteskan air mata. Jangankan mendengarkan cerita sedih orang lain, bahkan menyaksikan matahari tenggelam pun bisa meneteskan air mata. Belakangan saya baru mengerti, air mata adalah kata-kata yang minta segera ditulis”.
Inilah contoh indah jiwa yang terhubung. Ia menemukan dirinya di mana-mana. Sebagai akibatnya, ada kerinduan mendalam untuk senantiasa berbagi. Oleh karena Paolo Coelho seorang penulis, beliau berbagi cerita kepada jutaan pembacanya di seluruh dunia. Sekaligus inilah kehidupan sebagai nyanyian kepekaan.
Penulis: Gede Prama.
Photo Courtesy: Twitter @Tetsuo5151z.

1 komentar:

  1. lagu indah terdengar merdu bila dinyanyikan oleh jiwa yang peka........

    BalasHapus