Ditulis Oleh: Imam B. Prasodjo
Pagi ini aku ingin sekali lagi berbagi sebuah ceritera lama tetapi hingga kini masih terus berlanjut, menerangi hatiku. Aku ingin berceritera karena aku melihat lagi foto foto kepedihan kembali ditayangkan. Anak anak bergelantungan di atas tali jembatan, yang menusuk hati, seolah tak ada harapan perbaikan.
Kali ini, aku ingin berceritera tentang keteladanan, yang aku harus bagikan kepada semua handai taulan karena ceritera ini membawa berita penuh harapan di tengah kita kini terjajah rasa keputus-asaan.
Ceritera ini bermula sekitar tiga tahun lalu, ketika aku mendapat tilpon seorang direktur PT. Holcim Indonesia yang ingin mempertemukan aku dengan seseorang yang katanya hendak membantu rakyat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil, terisolir, terputus dengan dunia luar karena tak ada akses jalan yang menghubungkan.
Aku pun bergegas menemuinya di Restauran Warung Daun, depan Taman Ismail Marzuki. Orang yang aku temui rupanya bernama Toni Ruttiman, pria tampak sederhana berumur sekitar 40 tahun asal Swiss. Melalui handphone, aku coba melakukan menelusuran dengan bantuan google untuk mendapatkan informasi mengenai dirinya. Ah...aku terperanjat. Rupanya dia seorang pekerja sosial pembangun jembatan gantung yang sudah lama malang melintang di banyak negara untuk membantu rakyat kecil yang terlupakan. Dari informasi google, aku segera memahami bahwa aku sedang dipertemukan Tuhan dengan orang luar biasa. Sebuah tulisan segera aku baca: "Mr. Toni Ruttimann: The Bridge Builder from Heaven."
Sejak itulah aku berkenalan dengan Toni Ruttiman dan mulai terlibat dengan aktivitasnya untuk menyiapkan membangun jembatan gantung di banyak daerah terpencil di Indonesia. Aku terpana melihat cara kerja Toni Ruttimann. Ia seorang diri mengurus segala persiapan pembangunan jembatan gantung, mulai dari mengirimkan pipa sumbangan dari Argentina dan wirerope (kawat) dari Swiss, melakukan survey wilayah yang membutuhkan jembatan, menyiapkan workshop, mencari tukang las, hingga menggerakkan warga bergotong royong manakala kelak berbagai bahan jembatan gantung didatangkan.
Coba lihat foto foto itu yang menggambarkan bagaimana Toni Ruttimann bekerja menggerakkan masyarakat bergotong royong membangun jembatan di berbagai daerah di Indonesia.
Aku seperti mimpi menyaksikan keajaiban ini. Dalam waktu sekejap Toni Ruttimann seperti merubah nasib rakyat yang begitu lama menderita. Ia datang, rakyat menyambut. Dengan bahasa isyarat, Toni mengajak warga bergotong royong. Semua seperti terkesima merasakan kharisma luar biasa. Warga pun serentak hanya berkata "Ya" karena percaya sepenuhnya. Toni pun bergegas kembali ke Jakarta menyiapkan semua. Dengan bekerja di workshop pinjaman sebuah perusahaan, ia pun menyendiri merangkai kerangka jembatan. Tak lama kemudian, ia pun datang kembali ke lokasi dengan seluruh bahan dan peralatan sederhana. Warga pun sekali lagi terkesima, dan menyambut dengan uluran tangan suka rela, menurunkan dan membawa pipa yang begitu berat bersama-sama.
Tiga tahun sudah ia mengembara di berbagai pelosok negeri ini untuk menyelamatkan masa depan anak-anak dengan jembatan gantung indah yang kita tak mampu memberi. Inilah kisah tangan tangan kebaikan yang harus menjadi inspirasi seluruh negeri. Aku pun bertanya pada diriku. Ke manakah hatiku selama ini?